Kamis, 03 April 2008

QUO VADIS KEPEMIMPINAN MAHASISWA



Kata Quo Vadis “ketidak jelasan” mengawali tulisan ini, Quo Vadis saat mata menyaksikan sebuah kenyataan yang kontraversi dengan harapan, harapan perubahan yang terlontarkan oleh para calon pemimpin mahasiswa (legislatif dan eksekutif ) di IAIN “SMH” banten tatkala berkampanye pada pesta demokrasi mahasiswa pertengahan 2007 silam.

Saya masih ingat, ketika itu kata “Kebersamaan” menjadi kesan tersendiri bagi saya pada debat Visi dan Misi calon presiden Mahasiswa (Capresma) .Semua calon leaders dengan penuh percaya diri (PD) mengulang kata “Kebersamaan”. Sebuah kata yang telah mendapat imbuhan (ke-ber-an) itu dasyat sekali, satu kata yang bisa membius semua mahasiswa yang hadir pada waktu itu, khususnya diri saya pribadi.

Medio pemerintahan telah berotasi, tahta yang dijadikan berhala tergenggamlah sudah. Tapi belum terlihat perubahan yang signifikan kecuali perubahan senyap, sepi dan hening baik legislatif maupun eksekutif. Tak terlihat pula kebersamaan yang menjadi icon kampanye tempo lalu. Bahkan yang terlihat adalah keretakan, perceraian dan kocar-kacir kroni-kroni legislatif dan eksekutif.

Padahal untuk meraih jabatan ini tak semudah membalik kedua telapak tangan tapi memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak gampang. Entah terlalu sibuk di eksternalkah sehingga lupa akan kewajiban di internal KBM sendiri? Apabila ini akan terus berlanjut, legislatif dan eksekutif tidak mampu berbenah sampai akhir rezim pemerintahannya, maka dampaknya akan menjadi Phobia pada salah satu organisatoris dan hancurnya reputasi.

Runtuhnya persatuan memberi signal bahwa legislatif dan eksekutif telah gagal menjadi pemimpin ideal sebagaimana impian pada setiap pelatihan kepemimpinan mahasiswa (PKM). Atau memang seperti itu pemimpin ideal? Mungkin itu hanya kamuflase, halusinasi penulis yang terlalu mendramatisir, tapi lihat saja kenyataannya, semua itu fakta atau rekayasa?

Menurut pisau analisis penulis, ini semua terjadi karena Misscommunication, missunderstanding dan kurang mengertinya jobdescription sehingga membuahkan stagnasi di pertengahan roda pemerintahan. Naïfnya, hal itu sering terjadi mengingat jabatan legislatif atau eksekutif menjadi buruan yang mahal., sebagai uji soulmate antara pemimpin dan wakilnya serta uji coba kesolidan pendukung dan simpatisannya, juga kesempatan untuk menjadi Ratu adil yang ditunggu-tunggu. Dan yang terpenting ini menjadi ajang pembuktiaan silat lidah yang telah terlanjur terkoarkan.

Matinya aktivitas eksekutif dan legislatif di kampus “Jingga” (IAIN “SMH” Banten) sangat ironis, menginggat fungsi dan perannya demi kemajuan keluarga besar mahasiswa (KBM) seperti merancang dan menjalankan konstitusi KBM, komando pada setiap kegiatan. dan corong aspirasi mahasiswa.

Iwan Fals pernah menyindir ahli hipnotis pada bidang ngebacot tersebut menjelang Pilpres RI pada Pemilu 2004. Syair lagunya yang berjudul buktikan pada album manusia setengan dewa :“Kata-kata berbisa, mulut-mulut berbusa,Janji-janji bertebaran seperti biasa dari atas panggung atas nama bangsa ,yang mendengar terpesona bahkan ada yang terkesima akupun tergoda untuk mengikuti apa yang terjadi, apakah memang janji hanya janji. Buktikan!buktikan itu yang dinanti-nanti, Buktikan!buktikan kalau hanya omong burung beopun bisa...” Sebuah potongan syair yang menyentuh jiwa, menyentil para calon leaders, karya pembongkar fakta, sebuah album yang yang fenomenal pada saat krisis kepercayaan melanda bangsa.

Kepandaian berargumentasi menjadi modal kemenangan pada setiap pesta demokrasi meskipun tidak ada kalah dan menang, begitu kata Sutan Takdir Alisjahbana dalam salah satu penggalan puisinya yang berjudul “Kalah dan Menang.

Sejarah takkan terulang kembali,dan kesempatan tak datang dua kali, begitu kata sang bijak. Potret ini akan menjadi refferensi untuk suksesi pemimpin pada pesta demokrasi mahasiswa yang akan datang. Kaca perbandingan Agar kapal yang bernama KBM tak terombang ambing seperti saat ini. Justru “golongan putih” (golput) menjadi salah satu jalan demokrasi terbaik sebagai bayaran kejenggahan akan semua koar-koar calon penguasa. Hanya bisa speak and speak , Kalau hanya omong burung beo pun bisa!


(24 /03/08 - 03:45)


Tidak ada komentar: