Rabu, 24 September 2008

Kok! ^_^


Oleh Joe El-Bangka

Sebegitu parahnya kau negeri?

Negeri kaya tapi kok rakyat sengsara

Apakah kemiskinan memang telah merajaimu garuda sakti?

Pantaskah yang katanya kau makmur dan sejahtera tapi kok malah melahap makanan sampah?

Kayu di lempar bisa tumbuh kok makan nasi aking?

Penghasil migas tapi migas kok langkah

Manjunjung adab kok ternyata biadab

Dimana sanjunganmu dulu, wahai bangsaku!

Mana gelar macan Asia yang dulu mengaum?

Sudah ompongkah gigimu garuda!

Kemana kharisma yang gagah itu?

Enggan aku untuk tersenyum

Sedih! Perih menyaksikan sakitmu semakin hari semakin parah saja!

Dalam doa ku haturkarkan ‘semoga kau lekas pulih’

(foto: aboutmiracle.files.wordpress.com)

DEMONSTRAN, SEBUAH OBSESI


Di atas atap Bis, kami berteriak sambil serempak menyanyikan yel-yel penyemangat, “Permisi-permisi kami mau lewat, kalau enggak dikasih urusan bisa gawat.”


Itu terjadi tiga tahun yang lalu, saat aku melepas kostum celana abu-abu (seragam SMA). Terngiang dalam hatiku bahwa aku akan menjadi siswa yang tertinggi, yang bernama Mahasiswa. Saat itu juga perang batinku membayangi apa itu mahasiswa dan mau melakukan apa ketika aku nanti menjadi mahasiswa. Gembira sekali dan tak sabar lagi, aku ingin cepat-cepat mengenakan predikat agent of change dan social control. Indah nian ketika aku bebas dari aturan yang selama ini meng-cut kebebasanku berekpresi, terutama bebas dari seragam yang telah 12 tahun menggerogoti, memaksa aku tunduk untuk mengenakannya semenjak SD (Sekolah Dasar).

Aturan yang aku rasa melanggar HAM (Hak Asasi Manusia) tersebut sangat membunuh kreativitasku. Baju harus dimasukan kedalam celana dibarengi ikat pinggang. Pada suatu waktu,dimasa SD doeloe aku dan dua temankutidak memasukkan baju kedalam celana. Tanpa ampun tiba-tiba ada seorang guru yang “rese” langsung menyeret kami ke depan kelas. Kami ditelanjangi di depan teman-teman sekelas, miris yang menggerigis.

Cukup sudah konstitusi itu mengungkungku. Dan tidak heran aku begitu sumringah ketika memasuki dunia kampus. Tergambar olehku saat itu, mahasiswa adalah manusia yang penuh kharisma. Bisa berkoar mengkritisi kebijakan penguasa dan pengusaha. Demonstrasi, ya! satu obsesi ku waktu itu, ingin berdemo menentang segala kebiadaban aparat dan birokrat. kini, hal itu sudah ku jalani, waktu semester satu demo menjadi tradisi, baik dengan issu lokal maupun nasional. Kesan terindah waktu aku berkesempatan untuk berunjuk rasa -aksi damai- menentang kebijakan presiden SBY menaikan BBM pada tahun 2005 di bundaran HI, Istana hingga gedung MPR/DPR RI Jakarta.

Gegap gempita aku rasakan ketika naik di atas Bis, membawa bendera almamater kampusku, IAIN “SMH” Banten. Aku duduk-berdiri di atap Bis Berbaur dengan Mahasiswa yang mengenakan almamater kuning, perwakilan dari kampus UI.

Di atas atap Bis, kami berteriak sambil serempak menyanyikan yel-yel penyemangat, “Permisi-permisi kami mau lewat, kalau enggak dikasih urusan bisa gawat.” Obsesi untuk menjadi pendemo telah aku sandang meskipun tidak senakal dan seganas Soe Hok Gie dan Hariman Siregar sehingga malahirkan Tragedi ‘malari’. Itu cukup jadi ingatan walau belum seberapa..

Sekarang aku menginjak semester tujuh, kadang aku hanya bisa tersenyum dan nyengir jika mengenang obsesi anehku saat itu. Juga bisa mengerutkan dahiku jika melihat Indek Prestasiku saat itu kurang dari tiga. heheey…tapi tidak mengapa! Setidaknya batinku puas bisa mengepalkan tangan kiri tanda perlawanan kepada penguasa yang otoriter dan bisa berteriak lantang mengutuk kebejatan mereka yang tidak membesarkan kemaluan nya (tidak malu) mengindahkan amanat penderitaan rakyat.

Bukankah founding father, Bung Karno telah mencontohkan kegigihannya, kepintarannya dalam menyusun strategi demi memerdekakan bangsa ini? Sang Proklamator pernah berkata “aku akan bekerjasama kepada siapa saja, meskipun kepada setan terkutuk sekalipun asal bisa menjamin membebaskan negeriku dari cengkaraman penjajah.” Semangat itulah yang mendorong aku untuk tetap bangga sebagai anak Indonesia dan berupaya membangun dan menjaganya dari tidak-tanduk edan para penghianat Bangsa.

Salam Pemikir-Pejuang, Pejuang-Pemikir

  • Tulisan ini hanyalah gejolak penulis, emosi aneh yang membahana.

Selasa, 16 September 2008


Salam Persma!
Untuk kru Pers Mahasiswa Di Graha LPM SiGMA IAIN "SMH" Banten. Semoga semakin gesit dan menggigit pada kepengurusn yang baru akan dilantik dan raker pada jumat (19/09) mendatang. Sesuai dengan temanya "SiGMA Gesit-SiGMA Menggigit."

www.jasmerah1954.blogspot.com
Mengucapkan selamat dan sukses dengan terpilihnya Hendri Goenawan, Pimpinan Umum Priode 2008-2009.

Pengakuanku Untuk Dirinya



"Untuk mu yang nenyembuhkan tatkala aku terjatuh//Mengingatkan saat aku lupa//Kau segala-galanya bagiku."
Siang tadi, Medio September (16/09) aku tergeletak jatuh di Graha SiGMA-masuk angin- badan panas dingin dan kepala terasa di tusuk-tusuk. Hari itu aku benar-benar down. Sebenarnya itu bermula ketika aku bolak-balik keatas-kebawah fakultas Uswah, nungguin salah satu pegawai akademik fakultas. Panasnya mentari bakarkan otak kepala ku juga gersangnya kampus jingga menambah penat di hari yang kelabu itu.
Bukan berarti mengikuti penyakit Naga Bonar-diperankan oleh Dedi Mizhar, mengisahkan tentang seorang pencopet dari medan yang mempunyai jiwa nasionalisme tinggi- ya! Malarianya akan datang spontan tatkala ia kenah air alias mandi. Aku juga mengalami hal yang sama jika kebanyakan bersentuhan dengan air, aku akan meradang kedinginan-menggigil-biasanya langganan tiap pecan/bulan. Tapi bukan berarti aku enggak pernah mandi-aku tetap mandi-apalagi jika ada acara atau kuliah, aku giat untuk mandi. Meskipun hanya kadang satu kali sehari…heheey.dari pada tidak sama sekali.
Jika malaria datang langsung membunuh sendi kekebalan tubuhku, Tapi hari ini tidak lagi karena ada dia, dokter hati yang lembut. Beruntung dan sangat beruntung, aku masih bisa tersenyum dan bangkit dari kejemuan karena di dampingi oleh gadis manis nan setia merawatku,Syifa nama gadis yang cantik dan cerdas itu. perhatiannya begitu besar dan tak ada alasan bagi ku untuk menyembunyikan rasa bahagia ini.
Dengan ikhlas ia menemaniku di studio. Menggosok badan ku dengan minyak kayu putih dan sibuk mengompres jidatku yang besar ini. Alhamduliillah aku cepat pulih dan siuman dari tidur menjelang buka puasa (Maghrib).
Terima kasih sayang-terima kasih, ya hanya kata terima kasih yang bisa aku katakan padamu. Mungkin tanpa dirimu aku akan terus tergeletak lalu menggigil sampai tiga atau seminggu. Karena aku sudah biasa terserang penyakit ini semenjak kecil, bawaan dari orok mungkin.

“Thanks My God! Kehendakmu telah pertemukan aku padanya Sebuah anugerah yang tak terhingga”

Kamis, 04 September 2008

OKNUM MANTAN PEJABAT EKSEKUTIF SEBARKAN KWITANSI FIKTIF


Meskipun tulisan ini sedikit usang karena pembayaran regestrasi telah berakhir pada Jum’at (29/08), tapi bisa-mungkin- menjadi kajian untuk pelajaran, antisipasi serta pengawasan yang tajam-ketat- pada tahun berikutnya.

Siang itu (28/08) bertepatan dengan hari terakhir OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik) KBM IAIN Banten. kebetulan jam istirahat-makan- aku mampir di Salah satu Kantin Kampus. Memesan Ektra joss . di sana telah ada teman-teman yang aku kenal (aktivis kampus), kami pun bertegur sapa, dan ngobrol santai dan sesekali serius dengan diselingi canda tawa. Satu gelas extra joss telah ludes ku minum dan dua batang rokok filter hanya tinggal buntutnya (cangkang). Aku melirik ke depan kantin-jalan lalu lalang mahasiswa/i-Dua orang teman lewat kemudian mampir di kantin sebut saja namanya Boncoe dan Bonex. Selesai bersalaman, dia menanyakan tentang pembayaran Regestrasi kepada ku. Dan ujung-ujunngnya merembet pada urusan pembayaran DKM (Dana kegiatan Mahasiswa) yang memang selalu di pungut setiap tahunnya sebesar Rp.50.000 untuk pendanaan kegiatan KBM. Spontan dia berujar “bro jangan bayar aja lu uang DKM nya , lumayan khan lima puluh ribu. Mendingan lu nyecan aja sih!gue juga abis nyeken ” Koarnya, sambil memperlihatkan secanan /duplikat kwitansi DKM, persis dengan yang asli. Aku sempat kaget, bisa aja? Berani banget…gumamku dalam hati.

Kemudian dia menambahkan pernyataan ide gilanya kepada diriku yang meskipun gila tapi masih punya hati ini…hehe “Cuma seribu Lho satu lembarnya, lu datangin aja cetak foto/foto copy samping warteg belakang kampus, udah ada tau setingannya dan bayakan lagi yang beli di situ”. Jelasnya dengan tanpa dosa. “ngak bakal ketahuan ini” lanjutnya penuh meyakinkan.

Ketika aku bertanya siapa saja yang menduflikat kwitansi DKM. Seperti hapal terhipnotis oleh pertanyaanku, dia menjawab senuanya dengan lugas. Usut punya usut-sesuai pengakuan atau saksi Boncoe sendiri- ternyata yang menyebarkan Kwitansi Fiktif tersebut adalah salah satu Oknum Mahasiswa yang tersebar dari beberapa jurusan.

” Banyakan tahu yang pake Kwitansi skenan. Dan ada yang ngejualinnya dengan harga tiga puluh ribu, gue juga ditawarin tadi ama Mr. X, tapi mending gue nyeken ajalah Cuma seribu”,Tandasnya. Miris ketika aku mendengar pengakuan dari Teman ini. Dan lebih miris tatkala aku mengetahui penyuplai alias penyebar DKM Fktif adalah Mr. X, mantan Oknum pejabat eksekutif Mahasiswa tempo Lalu priode.

Lolosnya Kwitansi DKM Fiktif ini ke pihat lembaga keuangan Intitusi bertanda masih longgarnya pengawasan bagian keuangan- karena tidak bisa membedakan mana asli dan Palsu-juga kemalasan pihak keuangan untuk memperhatikan secara teliti juga ada gap, kurang komunikasi antara pihak penjaga loket regestrasi dengan penjaga pembayaran DKM yang dimotori BEMI . Presiden Mahasiswa, Deni Febriana ketika menanggapi fakta di atas. Dia menyesali tindakan pemalsuan dan penyebaran kwitansi Fiktif. Dia juga mengutuk oknum yang tega melakukan sikap pragmatis tersebut.” Pantesan saja belum Memenuhi target”,Cetusnya.