Sabtu, 02 Agustus 2008

Ne' jadi ape ngka nie


"Mentari tak lagi hagat/Air mati kesejukan/Es tak mampu dinginkan Ia/pun api tak kuasa membakarnya/karena Ia tanpa batas"
Sebuah Renungan!

Dialektika, segumpal kamuflase diriku yang yang terjerak ke lubang status quo-nya kehidupan. menjalar panjang ke utara-selatan, timur-barat, lalu bergerilya kesana-kemari, sebaliknya terus berotasi tanpa kenal lelah. Mimpi, ya mungkin hanya secercah mimpi manis sang rantauan kecil seperti diriku. senyum itu bayangi alur yang berbasis kedamaian, cinta dan berbagi kasih. kehidupan keras penuh duri, derita mungkin juga memhembuskan keringat darah yang amis bukan kepalang. sebuah desahan manis untuk semua yang telah menemaniku-doeloe-sekarang ini-kawan! kerasnya tanah rantauan yang ku tempuh, memberi arti kehidupan. meskipun kadang tak mau jua bersahabat serta angkuh memusuhi.

Saat termangu ria. terbesitlah hasrat yang selalu mengusik ketenangan, galau bercampur ambigu. cita-cita yang terus berkobar untuk membuat semua senang, semua riang gembira serta tertawa lepas tanpa beban. tapi mampukah khayalan itu terwujud? keganasan pikiranku penuh anarki. megerucut -klimaks pada satu titik kebahagiaan dan kesuksesan. tak terharapkan kegagalan yang menikam, penyesalan yang berat, tindakan super bodoh. jika itu terjadi.

Apakah sudah cukup, jika aku korek masa orientasi, adaptasi yang sekarang ku geluti. mencoba rakus, menyelam minat dan bakat demi eksistensi diri. tertelan jua rasa pahit, asin ,manis dan asam dalam separuh pencarian status diri ini. dambakan eksekusi di penghujung pencarian yang belum ending-nya.

Lidah yang berbusa dan kata yang berbisa menjadi motivator yang dasyat. apalagi itu terlahir kurang lebih 15 tahun yang lalu. kalimat yang terus aku ingat. "ne' jadi ape ngka nie" (mau jadi apa kamu nanti, bahasa bangka). ya kalimat yang tersusun dari lima kata itulah pemicunya. yang di cetuskan dang ketus oleh seorang Ibu (tetangga),koar nya dengan nada tinggi. Melabrak Joe kecil. Itu terjadi tatkala karena ulah nakalku yang konyol, berantem (berkelahi) dengan si cenggeng (anak tetangga). laki-laki kecil berbadan kurus berkolaborsi tinggi (udah kurus tinggi dan cenggeng lagi,heee) .

Kata tetangga tadi selalu jadi ingatan, agar aku bisa sadar siapa diri ini dan mau jadi apa nanti. hujatan berharga buat Joe ingusan pada saat itu. meskipun hanya lima kata yang disemaikan olehnya kepada Joe yang memang lucu dan lugu (sekarang juga masih kaleee,heee) , tapi bagiku itu semua bagai dicambuk dan mengeluarkan darah segarku yang masih perawan.

Tidak ada komentar: