Jumat, 04 Maret 2011

PSSI Versus MENPORA


Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) seyogyanya adalah Organisasi tertinggi yang menjadi kebanggaan penikmat sepak bola nasional. Namun kenyataannya berbalik karena krisis prestasi pesebakbolaan Indonesia yang kian miris di bawah pimpinan Nurdin Halid membuat para pencinta Sepak Bola Indonesia berang melihat Timnas Muda (U23) dan Timnas Senior masih belum bisa membuat penonton tersenyum bangga. Sebuah krisis prestasi yang berujung sakaratul maut!
Di ajang AFF, Timnas Senior belum pernah mengecap juara, bahkan harus pasrah dipermalukan oleh Malaysia di final pada akhir 2010 lalu meskipun tidak terlepas dari perjuangan pemain naturalisasi. Februari 2011 stadion Jaka Baring Palembang menjadi saksi abadi kekelahan Timnas Garuda (U23) pada praolimpiade yang harus puas dicukur tim tamu. Ada apa dengan PSSI? Human error atau Sistem error? Kerinduan masyarakat Indonesia sudah sangat berkarat, penantian prestasi Timnas Garuda kebanggaan yang tak kunjung datang. Karena taksa dipungkiri Sepak Bola merupakan olahraga rakyat yang tidak akan ada mati-matinya di Negeri ini. Dan tidak mengherankan jika Suporter Indonesia terkenal paling fanatik di Dunia melebihi Suporter Inggris.
Beberapa hari ini marak di dunia massa menyoroti aksi Suporter sepak bola yang berunjuk rasa di berbagai daerah menuntut Revolusi PSSI dengan menjungkal Nurdin Halid walalupun ini bukan aksi yang pertama kalinya. Gelombang aksi makin memanas dengan bumbu-bumbu pro-kontra terhadap Ketua PSSI dua periode tersebut. Akibatnya juga fatal terjadi bentrok dua kubu pro-kontra seperti yang terjadi di Makasar dan Jakarta. Fenomena latah dari Revolusi Mesir dan Libya yang bentrok antara pro dan kontra?

Pamer Kekuasaan
Gelombang aksi ribuan Suporter yang menuntut Nurdin Halid turun dari kursi ketua PSSI cukup sporadis setelah tim verifikasi PSSI mengumumkan dua calon ketua PSSI yang lolos seleksi, Nurdin Halid dan Nirwan Bakri. Tim verifikasi mantap mendiskualifikasikan dua pesaing Nurdin, George Toisutta dan Arifin Panigoro yang berbuntut banding. Percikan api dari komite pemilihan ketua PSSI itulah memancing kemarahan ribuan pecinta sepak bola Indonesia. Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng ikut bernyanyi dengan lagu intervensi menyerukan koreksi terhadap hasil verifikasi komite pemilihan PSSI dan mengancam akan memberikan sanksi jika tegurannya itu tidak diindahkan. Padahal jelas menurut ketua komite Banding, Tjipta Lesmana, Stetment Menpora telah melanggar Statuta FIFA yang melarang setiap bentuk intervensi dan campur tangan pemerintah. Komite Bandingpun merasa tertekan dengan intervensi Menpora. Akhirnya Komite Banding mengagetkan seluruh pencinta sepak bola nasional dengan keputusan menolak banding George Toisutta dan Arifin Panigoro serta menganulir Nurdin Halid dan Nirwan Bakri sebagai calon ketua PSSI. Sebuah keputusan yang terkesan tanpa solusi konkret.
Polemik Pro-Konta PSSI versus Menpora menjadi isu seksi yang tak bisa dilewatkan. Ketua DPR Marjuki Ali turut menanggapi kontroversi PSSI, menurut Marjuki PSSI harus lebih terbuka karena PSSI bukan milik partai politik dan PSSI merupakan ruang publik non partisan.
Perseteruan antara PSSI versus Menpora bukan konflik spesial yang pro terhadap revolusi Sepak Bola Indonesia. Perseteruan ini hanya sebatas adu gengsi pamer kekuasaan antara dua kubu rezim. Keduanya masing-masing mempunyai dua warna dominan “Si Kuning dan Si Biru” yang memang terlihat kurang harmonis pasca adu otak di paripurna mafia pajak. Politisasi benar-benar merambah ke berbagai penjuru!

Revolusi PSSI
Nurdin Halid merupakan sosok kontroversi.Mantan Manajer PSM Makasar ini pernah tersandung pidana korupsi yang ‘memaksa’ ia memimpin PSSI dari balik jeruji pada tahun 2003 sampai 2005. Nurdin figur yang super kebal terhadap kecaman,, ia tetap tegak berdiri dalam naungan panji-panji PSSI. Belum ada tanda-tandanya untuk turun dari tahta PSSI. Walaupun sebenarnya dia sadar bahwa dalam kepemimpinannya Sepak Bola Indonesia miskin prestasi. Kader Golkar satu ini benar-benar pantang mundur bahkan ia berdalih bahwa aksi Suporter yang mengecam dirinya itu salah sasaran. Tak ayal Bos Golkar, Aburizal Bakripun unjuk bicara dan siap memberi dukungan kepada kadernya yang menurutnya sekarang terzolimi.
Isu Revolusi PSSI dari ribuan Suporter Indonesia adalah suatu yang mutlak bertujuan untuk melakukan perubahan-perubahan luas dan mendasar dalam hal struktur, sikap dan prilaku individu di dalam organisasi PSSI. Itulah yang menjadi tuntutan bersama para suporter pecinta sepak bola Indonesia. Sepak Bola Indonesia akan maju jika secara berkala PSSI mendidik bibit-bibit pemain muda dengan cara kompetisi, dan pembinaan pemain berbakat secara periodik serta didukung oleh perangkat pengurus yang benar-benar berupaya untuk memajukan Sepak Bola nasional.
Delapan tahun sudah Nurdin Halid menjadi ketua umum PSSI, layaknya cukup sudah manusia super kontroversi itu memimpin PSSI melihat kinerja, sepakterjang sang ketua yang selalu tak memenuhi target alias Gagal...! tidak ada prestasi, miskin gelar dan jauh dari kebangggan. Garuda tetap didadaku!




Penulis Adalah Ketua DPC GMNI SERANG
Penikmat Sepak Bola Indonesia,
(Artikel ini sudah dimuat di Baraya Post,2 Maret 2011 )

Tidak ada komentar: