Kamis, 27 Maret 2008

FOUNDING FATHER



JASMERAH

Bagaimanapun, kehormatan dan keterbukaan sejarah adalah bagian layak bagi mereka yang berhak” (Tajuk pidato Soekarno menjelang Epilog kekuasaannya)


Sejarah modern Indonesia melahirkan pemimpin besar, panglima tertinggi Revolusioner sekaligus founding father .“Soekarno “ yaitu Tokoh Proklamator yang sering menyebutkan dirinya sebagai penyambung lidah Rakyat ini sangat tegas. Ia adalah presiden pertama negeri ini, pemimpin kharismatik yang mengagumi tokoh Bima pada cerita wayang. Ibarat bintang film, Soekarno adalah bintang rock yang menggebu-gebu, tegas dan cadas, karena melahirkan kebijakan-kebijakan yang berani seperti saat ia mengatakan “Ganyang Malaysia” dan terkenal juga dengan Trikora pada pembebasan Irian Barat tempo lalu.

“JASMERAH” Singkatan dari “Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah”, Itulah tajuk pidato Ir. Soekarno sebelum lengser dari kursi kepresidenan. Pesan singkat agar orang tidak melupakan sejarah berujung menjadi harapan hampa. Sejarah hanya dimaknai dalam urutan tanggal untuk sekadar diperingati sebatas momen seremonial. Apa makna hakiki dari peristiwanya itu sendiri jarang atau bahkan sama sekali tak disentuh.

Demikian juga dengan Soekarno, presiden pertama RI yang juga dikenal sebagai founding father republik ini. Di masa Orde Baru (Orba) peran Soekarno dikerdilkan sebatas sebagai proklamator atau presiden pertama RI yang di akhir masa pemerintahan tersangkut dengan ideologi komunisme yang dikembangkan oleh PKI.

Namun, tidak pernah terungkap bagaimana pemikiran-pemikiran Soekarno dan jiwa besarnya. Sebagai tokoh legendaris, ia dikenal sebagai orang yang visioner, populis, pemimpin karismatik dan orator ulung yang bergelar “Singa Podium.”

Soekarno ialah sosok yang menjadi idola rakyatnya. Hanya karena keyakinan politiknya dan kurang cepat dalam menyelesaikan persoalan politik yang berkecamuk pada tahun 1965, sosok Soekarno lengser dan hilang selama lebih dari tiga dekade.


YANG TAK TERLUPAKAN

Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 sejatinya adalah salah satu titik kulminasi dari perjuangan panjang dan idealisme menghapuskan imperialisme dan kolonialisme dari muka bumi.

Konferensi Asia Afrika (KAA) atau juga sering disebut Konferensi Bandung adalah salah satu di antara berbagai kancah perjuangan besar Soekarno bagi bangsa Indonesia dan juga bangsa-bangsa lainnya. Satu hal pasti, Konferensi Bandung adalah penggerak penting dalam perubahan-perubahan besar di Asia Afrika, sesudah selesainya Perang Dunia II. Juga menjadi pendobrak utama sehingga di Afrika terjadi dinamika politik dan perubahan besar untuk mencapai kemerdekaan.

Dalam tulisannya Konferensi Bandung: Kancah Perjuangan Besar Bung Karno, pelaku sejarah dan seorang pengagum Bung Karno, A. Umar Said mengungkapkan bagi banyak pemimpin bangsa dan tokoh angkatan tua gerakan progresif berbagai negeri Asia-Afrika, Bandung dan Soekarno adalah dua nama yang tidak terpisahkan dan sampai sekarang, tertanam secara terhormat dalam ingatan mereka.

Ia menceritakan ketika Konferensi Asia Afrika diselenggarakan mulai 18 sampai 25 April 1955, sejak beberapa bulan sebelum dibuka, rakyat Indonesia sudah mengikuti (lewat pers dan RRI) persiapan-persiapan yang mendahuluinya. Antara lain, adanya Konferensi Kolombo (April tahun 1954) yang dihadiri oleh Jawaharlal Nehru dari India, U Nu dari Burma (Myanmar), Mohamad Ali dari Pakistan, John Kotelawala dari Sri Langka (Ceylon, waktu itu), dan Ali Sastroamidjoyo yang mewakili Bung Karno.

Kemudian, hasil Konferensi Kolombo dilanjutkan dengan konferensi Panca Negara di Bogor (Desember 1954) untuk menetapkan acara konferensi Asia Afrika di Bandung (yang akan diadakan 5 bulan kemudian), merumuskan tujuannya dan juga negara-negara yang diundang.

Di Benua Afrika khususnya, kata Said, pada waktu itu masih banyak negara yang dalam status jajahan dan semi jajahan, dan karenanya tidak bisa atau belum bisa mengirimkan peserta secara resmi. Justru dari segi ini pulalah Konferensi Bandung memberikan sumbangan besar kepada berbagai rakyat Afrika, karena mereka kemudian mendapat dorongan untuk mempercepat dan mengembangkan perjuangan mereka untuk merebut kemerdekaan nasional.

Itulah sebabnya, sampai sekarang, nama Bandung dan Soekarno tetap sangat terkenal di Afrika. Konferensi Bandung dimasukkan sebagai bagian penting dalam buku-buku pelajaran sejarah.

Bagi para pemimpin perjuangan rakyat berbagai negeri di Afrika (waktu itu) nama Bung Karno (atau nama Bandung, atau nama Indonesia) adalah nama yang amat terhormat. Entah berapa kali Gamal Abdul Nasser (Mesir), Anwar Sadat (Mesir), Ahmad Ben Bella (Aljazair), L. Sedar Senghor (Senegal), Modibo Keita (Mali), Sekou Touri (Guinea), Dr. Kwame Nkrumah (Ghana), Patrice Lumumba (Conggo), Mugabe (Zambia), Julius Nyerere (Tanganyika, yang kemudian menjadi Tanzania), Salim Ahmad Salim (Zanzibar, yang kemudian menjadi Sekjen OAU/Organisasi Persatuan Afrika), dan Nelson Mandela (Afrika Selatan) menyebut-nyebut nama Soekarno dan Bandung dalam pidato-pidato atau tulisan mereka.


SUMBER

  • irenkdesign.wordpress.com


Tidak ada komentar: